REUNI AKBAR ALUMNI 1989 SMPN 1 SAPE TAHUN 2019 JUMPA KANGEN GENERASI BIRU 1989MERAJUT UKHUWAH, MENYAMBUNG SILATURRAHIM ZELLOVER INDONESIA BEROJENG, BERGEMBIRA & BERAMAL BERSATU DALAM CANDA & TAWA DI UDARA dan DI DARAT

Senin, 18 April 2011

Cerber BI : Bukti Cinta Putera & Puteri Sang Bima VI

  • Memory Januari Bagian VI : Sejuta Kenangan Segenggam Harapan

  • Zuraid Sape Bima
    HUMOR >>>>>>>>>>
    Kendaraan di Surga...(apa kendaraan Anda?)
    Alkisah ada tiga pria meninggal dan semua masuk surga, mereka adalah Tom Gembus, David Koplak dan John Koplo. Surga mempunyai peraturan bahwa setiap orang, baik pernah jahat maupun yang selalu baik akan mendapat kendaraan yang pantas dengan perbuatannya. Begitu juga tidak membedakan pria ataupun wanita, semua mempunyai kedudukan yang sama.
    Tom Gembus tiba dan malaikat bertanya, Berapa tahun kamu menikah Mbus??
    Jawab Tom Gembus: 20 tahun..
    Malaikat: Berapa kali kamu mengkhianati istrimu??
    Jawab Tom Gembus: 5 kali..
    Malaikat: Baiklah, jawab sang malaikat, "Kamu boleh masuk tapi hanya mendapat Kijang"
    Tom Gembus pun berlalu dengan Kijangnya..
    Berikutnya adalah David Koplak..Berapa tahun kamu menikah Plak??
    Jawab David Koplak: 30 tahun
    Malaikat: "Berapa kali kamu mengkhianati istrimu?"
    Jawab David Koplak: 2 Kali..
    Malaikat: "Lumayan...Kamu pantas mendapatkan BMW"
    Tibalah kini John Koplo dan malaikat pun mengajukan pertanyaan yang sama yang dijawab John Koplo: "50 tahun"
    Malaikat: "Berapa kali kamu mengkhianati istrimu?? Jawab John Koplo: "Tidak pernah"
    Malaikat: "Luar biasa!!! Ini kunci untuk Ferrari"
    Suatu hari tatkala Tom Gembus dan David Koplak tengah mengendarai mobilnya, mereka melihat John Koplo duduk di tepi jalan sambil menangis. Mereka menghampirinya dan bertanya:
    "Ngapain kamu nangis? Ga puas sama Ferrari????"
    Jawab John Koplo sambil mengusap air matanya...
    "Tadi aku berpapasan dengan Ladies Cempluk, istriku...dia sedang naik sepeda...
    hiks hiks...hikssss
    lokasi : akhirat!!!!


  • Hakim Masamada
    Bima harus terlepas dari belenggu premanisme berdasi

  • Faruq Ada Tiada
    FILSAFAT PENDIDIKAN

    Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pen...didikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang pendidik, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang pendidik perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Pendidik sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan pendidik sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (pendidik). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
    Permasalahan:
    Bagaimana peranan filsafat pendidikan bagi pendidik? Apa yang menentukan filsafat pendidikan seorang pendidik?
    Peranan filsafat pendidikan ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu:
     1.      Metafisika
    Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat:
     hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan.
    Seorang pendidik seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya hakekat anak.
     Hakekat manusia:
    Manusia adalah makhluk jasmani rohani
    Manusia adalah makhluk individual sosial
    Manusia adalah makhluk yang bebas
    Manusia adalah makhluk menyejarah
     2.      Epistemologi
    Kumpulan pertanyaan berikut yang berhubungan dengan para pendidik adalah epistemologi. Pengetahuan apa yang benar? Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran itu berubah dari situasi satu ke situasi lainnya? Dan akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?
    Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis tersebut, itu akan memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan kurikulum dan pengajaran. Pertama pendidik harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang diajarkan, kemudian pendidik harus menentukan alat yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi warga belajar. Meskipun ada banyak cara mengetahui, setidaknya ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat/kepentingan masing-masing pendidik, yaitu mengetahui berdasarkan otoritas, wahyu Tuhan, empirisme, nalar, dan intuisi.
    Pendidik tidak hanya mengetahui bagaimana warga belajar memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana warga belajar mengikuti pembelajaran. Dengan demikian epistemologi memberikan sumbangan bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.
     3.      Aksiologi
    Cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak indah, erat kaitannya dengan pendidikan, karena dunia nilai akan selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan menentukan perbuatan pendidikan. Nilai merupakan hubungan sosial.
    Pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang harus dijawab pendidik adalah: Nilai-nilai apa yang dikenalkan pendidik kepada warga belajar untuk diadopsi? Nilai-nilai apa yang mengangkat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang tertinggi? Nilai-nilai apa yang benar-benar dipegang orang yang benar-benar terdidik?
    Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa pendidik memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh warga belajar melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan untuk kebaikan.
    Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang pendidik mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional pendidik. Setiap pendidik baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik.
    Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para pendidik dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan.
    Terdapat hubungan yang kuat antara perilaku pendidik dengan keyakinannya:
     1.      Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran
    Komponen penting filsafat pendidikan seorang pendidik adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok pendidik? Sebagian pendidik memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang spontan, tidak berulang dan kreatif antara pendidik dan warga belajar. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian pendidik menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi warga belajar, yang lainnya menekankan perilaku warga belajar.
     2.      Keyakinan mengenai warga belajar
    Akan berpengaruh besar pada bagaimana pendidik mengajar? Seperti apa warga belajar yang pendidik yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik pendidik. Pandangan negatif terhadap warga belajar menampilkan hubungan pendidik-warga belajar pada ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Pendidik yang memiliki pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
     3.      Keyakinan mengenai pengetahuan
    Berkaitan dengan bagaimana pendidik melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat pendidikan, pendidik akan dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah.
     4.      Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui
    Pendidik menginginkan para warga belajarnya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-masing pendidik berbeda dalam meyakini apa yang harus diajarkan.

  • Amir Riskan
    bima tahun 80 an.............oh indah nya..........panorama alam nya.....
    keramah tamahan penghuni nya........semanagat kolektif nya........bersih, suci....

  • Ken Patetyc
    apa sy harus bangga menjadi orang bima????

  • Faruq Ada Tiada
    HAKEKAT NIAT
    Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata dalam kitab Majmu'atur Rasaaili Kubra I/243 : Tempatnya niat itu di hati tanpa (pengucapan) lisan berdasar kesepakatan para imam Muslimin dalam semua ibadah : bersuci (thaharah),shalat, zakat, puasa, haji membebaskan budak (tawanan) serta berjihad dan yang lainnya. Meskipun lisannya mengucapkan berbeda dengan apa ...yang ia niatkan dalam hati, maka teranggap dengan apa yang ia niatkan dalam hati bukan apa yang ia lafadzkan. Walaupun ia mengucapkan dengan lisannya bersama niat, dan niat itu belum sampai ke dalam hatinya, hal ini belum mencukupi menurut kesepakatan para imam Muslimin. Maka sesungguhnya niat itu adalah jenis tujuan dan kehendak yang tetap. Sehubungan dengan masalah niat, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan di dalam kitab ‘Ighasatul Lahfan’ bahwa : “Niat artinya ialah menyengaja dan bermaksud sungguh-sungguh untuk melakukan sesuatu. Dan tempatnya ialah di dalam hati, dan tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan lisan. Dari itu tidak pernah diberitakan dari Rasululloh Shalallahu 'alaihi wa sallam , begitu juga para sahabat, mengenai lafadz niat ini.”
    Sedangkan hakikat niat itu sendiri BUKANLAH UCAPAN ‘NAWAITU’ (saya berniat).Ia adalah dorongan hati seiring dengan futuh (pembukaan terhadapnya),tetapi kadang-kdang juga sulit. Barangsiapa hatinya dipenuhi dengan urusan dien,akan mendapatkan kemudahan dalam menghadirkan niat untuk berbuat baik.Sebab ketika hati telah condong kepada pangkal kebaikan, ia pun akan terdorong untuk cabang-cabang kebaikan.Barangsiapa hatinya dipenuhi dengan kecenderungan kepada gemerlap dunia, akan mendapatkan kesulitan besar untuk menghadirkannya.Bahkan dalam mengerjakan yang wajib sekalipun.Untuk menghadirkannya ia harus bersusah payah.
    Dan Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani sendiri telah menjabarkan dgn panjang untuk penjelasan hadist "innamal 'amalu binniyyati" dalam kitabnya "Fathul Baari bi Syarh al-Bukhari" (kitab yg menjelaskan tentang sanad & syarh dari hadist-hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari), diantaranya yg bisa diambil adalah : "Amal perbuatan adalah tergantung niatnya, dengan demikian kita dapat (dgn sendirinya) membedakan apakah niat sholat atau bukan, sholat fardhu atau sunnah, dhuhur atau ashar, di qashar atau tidak, dan seterusnya. Dan apakah masih perlu ditegaskan (kembali) jumlah rakaat sholat yang akan dikerjakan ? ...Tapi pendapat yg kuat menyatakan tidak perlu lagi menjelaskan jumlah bilangan rakaatnya, seperti seorang musafir yg berniat melakukan sholat qashar, ia tidak perlu (lagi) menegaskan bhw jumlah rakaatnya adalah dua, karena itu merupakan suatu hal yg pasti bahwa jumlah rakaat qashar adalah dua !"
    Dan beliau juga menjelaskan makna niat dari perkataan Imam Baidhawi : "Niat adalah dorongan hati untuk melakukan sesuatu dgn tujuan, baik mendatangkan manfaat atau menolak mudharat, sedangkan syariat adalah sesuatu yg membawa kpd perbuatan yg diridhai Alloh dan mengamalkan segala perintah-Nya."
     


  • Ibnu Abbas
    kenapa kamu menengadahkan tanganmu keatas seolah2 Tuhan jauh diatas sana dan kemudian ia luput memantaumu, tuhan tdk bersemayam didalam dadamu krn hati kita selalu berprasangka buruk kepada sesama dan selalu berkeluh kesah. palingkan wajahmu kearah mesjid haram ia rumah awal yg diciptakan Tuhan sebagai tempat sesembahan manusia.

  • Abdee Nhegara
    Dunia... It hdup.. Tp akhira hx Dia yg tau.

  • Ibnu Abbas
    saya teringat sejarah sachiro honda ketika ia ditanya oleh teman2 kuliahnya lantaran ia jarang masuk di ruang kuliah ia hanya masuk ke laboratorium. honda menjawab bahwa yg aku cari tdk ada dibangku kuliah tapi adanya hanya dilaboratorium dan setelah ia dapatkan apa yg ia cari, honda pun keluar tanpa menunggu secari kertas berupa ijazah

  • Faruq Ada Tiada
    memilih
    Jangan memilih pemimpin dari keluarga pemimpin masa lalu, sebab nanti mereka bisa nepotisme. jangan memilih pemimpin yang berharta, sebab nanti mereka akan menjadikan jabatnnya ajang bisnis belaka, akan tetapi pilih pemimpin yang mempunyai ilmu pengetahuan dan akhlak yang mulia.... apa yg anda tawarkan itu belum tentu menjadi apa yg kita harapkan..... masih dalam tanda tanya besar..... ketika kita memilih maka pilihlah dengan hati....

  • Ken Patetyc
    apa anda setuju kalau pemerintah Kabupaten Bima dibawah kepemimpinan pemimpin yang skarang adalah pro rakyat??

  • Hakim Masamada
    Jangan memilih pemimpin dari keluarga pemimpin masa lalu, sebab nanti mereka bisa nepotisme. jangan memilih pemimpin yang berharta, sebab nanti mereka akan menjadikan jabatnnya ajang bisnis belaka, akan tetapi pilih pemimpin yang mempunyai ilmu pengetahuan dan akhlak yang mulia

  • Zhoel Machiavelli
    Masih ada kebaikan ditengah2 kejahatan..!!

  • Rudyz Gema
    Kualitas Pemimpin Ditentukan Oleh :
    1. Kebijaksanaan
    2. Kepercayaan Diri
    3. Belas Kasihan
    4. Keberanian
    5. Keteguhan
    Yg M'Jadi Renungan Dan Perspektif Kita Sekarang "Apakah Pemimpin Kita Sekarang Memiliki Kriteria2 Tersebut" ? Paling Tidak yg bisa kita harapkan adalah Kejeniusan Dlm Hal Memilih Bkn Krn Masyarakat Memilih Krn Sbg Balas Jasa.

    Group Bima Institute >>>>

Tidak ada komentar: