REUNI AKBAR ALUMNI 1989 SMPN 1 SAPE TAHUN 2019 JUMPA KANGEN GENERASI BIRU 1989MERAJUT UKHUWAH, MENYAMBUNG SILATURRAHIM ZELLOVER INDONESIA BEROJENG, BERGEMBIRA & BERAMAL BERSATU DALAM CANDA & TAWA DI UDARA dan DI DARAT

Kamis, 27 September 2018

DCT ANGGOTA DPRD PROV. NTB PEMILU 2019 PARTAI BERKARYA

NTB, 21 September 2018

DAFTAR CALON TETAP DPRD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PILEG 2019
Sumber :

Sabtu, 15 September 2018

TRANSFORMASI NEGATIF

Jakarta, September 2018
Oleh : Yudhie Haryono
MWA UTIRA / GEPENTA

Titik balik. Arus balik. Inilah takdir terbaru bangsa kita. Dari usaha pencarian subtansi hidup bernegara (via reformasi) menjadi penemuan kepalsuan hidup bernegara (via reasingisasi). Singkatnya: dari majikan menjadi budak.

Proses transformasi negatif ini terjadi sebagai akibat internalisasi ide-ide pembusukan yang diadopsi oleh warga negara. Proses transformasi negatif bisa tediri dari tiga tahap: 
  1. Tahap invensi, yakni proses di mana ide negatif diciptakan dan dikembangkan; 
  2. Tahap difusi, yakni proses di mana ide negatif dipaksakan kehadirannya dalam bernegara; 
  3. Tahap konsekuensi, yakni hasil transformasi negatif sebagai akibat pengadopsian ataupun penolakan dalam bernegara.

Timbulnya tranformasi negatif dalam bernegara bukanlah tanpa sebab tetapi dipengaruhi oleh ragam faktor. Misalnya faktor disfungsi kepemimpinan, penghancuran kebudayaan, pelemahan identitas kebangsaan, akulturasi penduduk yang militeristik, neokolonialisasi, reproduksi kejumudan dan kejahiliyahan.

Dalam sejarahnya, transformasi negatif selalu melibatkan penduduk, teknologi, nilai-nilai kebudayaan; agama; ideologi dan gerakan sosial. Ia sirkular, simultan, sistemik dan kosmik.

Karenanya ia hadir di mana saja dan kapan saja serta oleh siapa saja. Banyak aturan yang saling bertabrakan satu sama lain; tidak punya karakter; hobinya kekerasan, kepalsuan, dan tindak kejahatan yang menjadi santapan sehari-hari.

Kesucian, intelektualisme dan akhlak baik, merosot drastis; ego sektoral merajalela; hidup demi gairah dan nafsu birahi semata; kebohongan akan digunakan untuk mencari nafkah; orang terpelajar kelihatan lucu dan aneh; orang kaya yang akan berkuasa.; banyak perubahan tak diinginkan yang akan terjadi.

Inilah peradaban yang membalik fase spiritual dari: Arupa (ilahiah) menuju arupadatu (nalar), menjadi rupadatu (kebendaan) dan berakhir di kamadatu (nafsu). Akibatnya, kini jadi peradaban yang minus nalar surplus doa; minus kejujuran surplus kepalsuan.

Maka, takdir kita kini dalam bernegara hanya merasa ada negara Indonesia saat bayar pajak. Selebihnya paria. Kenapa paria? Mari kita jujur saja. Ada sepuluh karakter utama yang membuat sebuah negara disebut sebagai tuna negara (failed state).

Pertama, negaramu tidak mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melindungi warga negaranya dari kekerasan dan bahkan kehancuran ekopolnya.

Kedua, negaramu tidak mampu mempertahankan hak-hak warga negaranya, baik di tanah airnya sendiri, apalagi di luar negeri.

Ketiga, negaramu tidak mampu menegakkan dan mempertahankan fungsi institusi-institusi demokrasi subtantif karena sibuk prosedur saja.

Keempat, negaramu gagal melindungi warganya dari kerusakan lingkungan.

Kelima, negaramu gagal paham dan tak antisipatif pada penjajahan modern serta pemanasan global.

Keenam, negaramu membiarkan negara tetangga yang memusuhimu.

Ketujuh, negaramu mulai kehilangan dukungan dan kebanggaan dari warganya.

Kedelapan, negaramu gagal menghadirkan lembaga politik, ekonomi, sosial dan budaya sebagai pemecah persoalan warganya.

Kesembilan, negaramu tak mampu memproduksi aparatur yang melayani dan memfasilitasi kreatifitas warganya.

Kesepuluh, negaramu tak bisa menghadirkan calon-calon pemimpin terbaik karena calon-calon yang ada hanya wakil dari oligarki dan kartel yang bermadzab kleptokratis dan oligarkis.

Apa simpulannya kini? Hanya warga negara tolol yang taat bayar pajak. Hanya negara jahat yang bisanya menaikkan pajak. Hanya pemimpin dungu yang bahagia hidup di negara jahat. Ketololan, kejahatan dan kedunguan kini menjadi potret segitiga setan yang merepresentasikan tuna negara. Ia datang tanpa diundang, pergi tanpa pamit. Adanya tiada. Tiadanya ada (untuk memeras warga).

Kini kita semua (tanpa pandang bulu) hidup dakam Republik Darurat Nasional. Negara yang lahir akibat transformasi negatif. Negara yang dihuni pemimpin palsu dan pandito palsu. Jika dulu para spiritualis menggunakan terminologi great transformation untuk menggambarkan perubahan besar dari zaman batu ke pembuat batu (dari mitos ke logos), kini kita hidup sebaliknya (negative transformation--dari logos ke mitos): menyembah batu sambil mengingkari penciptanya.(*)

Copas zuraidbima.blogspot.co.id 2018

Kamis, 13 September 2018

REVOLUSI KONSTITUSIONAL !

Kuliah Umum dihadapan 269 Presiden BEM Se Sumatera Utara, 2018

Oleh: Natalius Pigai

Hari ini bangsa Indonesia berada di titik nadir, titik dimana terjadi divergensia nalar para pemimpin dan rakyat, titik jenuh dimana perilaku ponga yang dipertontonkan pemimpin, titik dimana pemimpin hadir menerkam rakyat, titik dimana Pancasila dan simbol-simbol negara bangsa dipandang sebagai artistik simbolisme  tanpa perwujudan substansial.

Kita berada diambang kehancuran! Disparitas antar antar wilayah Timur, Tengah dan Barat, disparitas antar kelompok oligarki dan rakyat, kemiskinan makin hari kian parah 9,82%, 7 juta penganggur  anak negeri lalu lalang menenteng tas, menyebrangi jembatan tanpa sungai di kota-kota metropolis, mengetuk pintu penguasa sembari mengucurkan air keringat. Kematian ibu dan anak yang tinggi, kebodohan nyaris menyelimuti seantero negeri ini.

Pemimpin menggadaikan negeri ini kepada pasar, Indonesia sudah tergadai pada komprador, penguasa modal, kekuasan aseng dan asing, pemilik uang IMF dan Bank Dunia. Kita menjadi hamba sahaja melayani penguasa uang di kolong langit, dijamu dengan nilai fantastis 850 miliar rupiah, uang hasil keringat rakyat. Padahal 4 tahun yang lalu pemimpin tertinggi negeri berkomitmen menjaga moralitas untuk hidup tidak hedonis, anjurkan makan ubi, singkong, tahu dan tempe  di setiap sidang kabinet. Inilah wujud nyata perilaku ponga dan bedebah dipertontonkan kepada rakyatnya sendiri tanpa perasaan malu.

Banyak Bangsa iri hati pada bangsa ini, nusantara. Dari Sabang sampai Merauke, Miangas di Utara sampai Rote Sabu Raijua Ujung Selatan, terdiri gugusan kepulauan sebanyak 17 ribu lebih pulau, didalamnya berisi sumber daya alam yang melimpa ruah. Namun kita menyaksikan Hutan-hutan kita dicuri, rampas dan rampok (ilegal loging), ikan-ikan di laut dan segala biota dicuri (ilegal fisihing), sumber daya alam di atas bumi dan perut bumi dijarah (ilegal Mining) komprador asing, aseng dan negara. Hegemoni mereka terlalu tinggi! Rakyat merana di atas kelimpahan. Ibarat tikus mati di lumbung padi.

Letak geografis yang strategis, berada di antara 2 benua, Australia dan Asia, diapit 2 Samudera menjadi letak yang strategis sebagai lintasan mobilitas barang, jasa dan orang dari Eropa ke Pasifik dan Asia Timur, juga Australia ke Asia.

Apapun alasannya Indonesia berada dalam ancaman. Kita diancam 13 musuh tetangga, merongrong wilayah batas terluar negara dijadikan pusat penyeluduoan orang (traficking), dan penyeludupan barang (smugling) dan pusat transaksi narkotika.

Konflik kawasan mengancam geopolitik kita secara serius. Soal laut China Selatan, Konflik psikologis Australia dan Asia, pergolakan bangsa Moro di Philipina, perjuangan bangsa Melayu di Jala, Patani dan Naratiwat  di Thailand Selatan dan berbagai konflik regional yang mengitari kawasan ini. Jangan anggap remeh karena sejarah dunia telah membuktikan bahwa sebuah negara baru lahir juga bubar tidak hanya karena perjuangan semesta tetapi juga momentum. Momentum dimana konflik kawasan mampu membentuk peta dan geopolitik baru. Sejarah telah mengajarkan kita bahwa tidak mustahil bangsa ini lepas dari belenggu penjajahan jika tahun 1942 Jelang tidak menyerbu Honolulu, Amerika mengamuk mengusir Jepang melalui lautan Pasifik, Bom Atom Jatuh di Hiroshima dan Nagasaki. Invasi Jelang di Indonesia dan Belanda terusik. Adanya kekosongan kekuasan Laksamana Maeda memerintahkan pembentukan Dokuritsu Jumbi Zusakai, Panitia Persiapan Kemerdekaan. Konflik dan perang antara blok Barat dan Timur telah menghasilkan ratusan negara-negara baru di abad-19 baik di Afrika, Asia juga di Amerika Latin. Oleh karena itu, jangan main- main.

Hari ini juga China penetrasi ke Asia Tenggara, Singapura telah jatuh, kawasan Pasifik mulai diintai, kawasan Afrika, Sri Langka dan Maladewa  nyaris jatuh ditangan China artinya Samudera India di ufuk barat Indonesia akan dikendalikan ditangan bangsa China musuh bebuyutan India. Bukan mustahil konflik dimasa depan adalah Lautan Andaman dan Teluk Benggali. Apalagj nilai histori bahwa bangsa Sino Tibetian dan Austro Asiatik di Thailand dan Myanmar memiliki sejarah yang panjang dengan bangsa monggol di China.

Sebagai negara yang memiliki Labilitas integrasi nasional, dibutuhkan Kekuatan pertahanan yang tangguh. Kekuatan pertahanan tidak hanya terdapat pada: 1) Jumlah dan Profesionalisme Militer. 2). Alat Utama Sistem Persenjataann (Alutsista) militer yang memenuhi atau melampui kekuatan minimum (minimum esensial Force). 3). Kekuatan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya yang tangguh. 4. Kekuatan rakyat Indonesia. Kenyataan menunjukkan bahwa militer hanya menjadi garda depan integrasi teritorial  dengan mengedepankan pertahanan doktrin unitarian NKRI.

Militer tidak pernah mempu bersuara atau berbicara menekan pemerintah tentang pentingnya keadilan sosial. Tidak mungkin Negara Kasatuan akan utuh tanpa keadilan sosial, sebaliknya keadilan sosial merekatkan jiwa nasionalisme dan integritas sosial. 73 tahun kita tersandera dan berbicara terus menerus tanpa henti tentang NKRI harga mati, spanduk di depan kantor kantor militer, atau reklame, baliho militer terpampang di sudut- sudut jalan NKRI Harga Mati, tetapi mana tulisan Keadialn, kesehatan, pendidikan dan sandang, pangan dan Papan sebagai keadilan sosial Harga mati?. Kita tidak ingin militer menjadi panglima dalam perang juga panglima dalam pembangunan seperti sistem binomial pada masa orde baru, tetapi sejatinya mereka menekan pemerintah akan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Adik-adik sekalian penerus bangsa yang saya hormati. Kita mesti bertanya kepada pemimpin negeri ini. Mengapa Indonesia sampai pada umur 73 tahun masih berdiskursus tentang pentingnya pembangunan karakter kebangsaan (nation and character building). Masih berbicara tentang jati diri bangsa, masih berbicara tentang pemilik negeri dan bukan pemilik negeri, Masih berbicara tentang nilai-nilai fundamental, kita masih berbicara tentang adanya labilitas integrasi nasional dan integrasi sosial.

Ketidakharmonisan bangsa ini bertahan begitu lama. Salah satu sumber dan pemicu persoalannya adalah tiap pemimpin di negeri ini mengklaim diri sebagai sentrum utama nasionalisme, sumber nasionalisme. Presiden klaim diri pusat nasionalisme berada disinggasana kekuasaan di istana negara dan pemegang kekuasaan, sedangkan rakyat dianggap bukan nasionalis. Seakan-akan pusat nasionalisme hanya deliver dari Sukarno ke Suharto, Habibie, Gusdur, Megawati, SBY dan Jokowi saat ini. Sementara rakyat dianggap bukan pemilik nasionalisme.

Bahaya akibat nasionalisme personifikasi individu para pemegang kekuasaan menjustifikasi dan bahkan memperlebar segregasi antara pemerintah dan rakyat, dimana rakyat termarjinalkan dari mainstream utama nasionaliame dan bahkan dianggap bukan nasionalis. Akibatnya hari ini kita menyaksikan jutaan rakyat muslim  turun ke jalan-jalan protokol  menuntut keadilan, orang-orang pinggiran di Papua, Aceh dan Kalimantan berjuang mempertahankan identitasnya. Inilah problem kebangsaan kita saat ini. Karena nasionalisme hanya diklaim milik segelintir elit politik di negeri ini.

Perilaku arogan yang dipertontonkan oleh pemimpin negeri ini dengan mengkultuskan diri sebagai pemilik negara adalah absurd, arogan, kronisme dan cenderung primordialisme. Namun harus diingat bahwa Bangsa ini tidak pernah diperjuangkan oleh kelompok, satu orang, satu suku dan agama.
Laksamana Malahyati berjuang di Aceh, Sisingamangaraja di tanah Batak, pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, Hasanudin di Makasar, Patimura di Ambon, demikian pula ada 7 Pahlawan keturunan China, ada Baswedan dari keturunan Arab, pahlawan beragama Katolik dari Jawa Tengah, Slamet Riyadi, Adi Sutjipto, Adi Sumarmo, Yos Sudarso, I.J. Kasimo dll, yang merintis kemerdekaan ini semua suku bangsa dan agama.

 Para pejuang ini keturunan rakyat jelata, bukan darah biru, raja-raja di nusantara juga tidak pernah berjuang kemerdekaan Indonesia, mereka hanya sebagai pemungut cukai, kaki tangan dan anak emas kolonial. Padahal dalam sejarah, kolonial hanya 1 orang Raja yg diesksekusi Mati oleh Belanda, yaitu Raja Ende Lio di Flores, Pius Wasi Wangge di eksekusi di Kupang, namun hari ini kesultanan Yogya, dan Kesunanan Solo dan Darah Biru di Jawa mengklaim negeri ini milik mereka, omong kosong!.

Apa yang perlu kita lakukan hari ini, rakyat Indonesia harus bersatu melawan dan menentang nasionalisme
Personifikasi individu menjadi nasionalisme tanah air dan bangsa. Karena Nasionalisme menyatakan pertautan perasaan identitas diri dan keanekaragaman sebagai mosaik Indonesia. Nasionalisme juga bersatu karena kita mengalami trauma dan tragedi yang sama pada masa lampau (renan).

Atas nama nasionalisme membungkam lawan-lawan politik adalah salah, atas nama nasionalisme menerkam rakyat juga tentu tidak bisa dibenarkan. Ironi di negeri ini, di Jerman, Hitler tampil sebagai pemimpin yang kejam membunuh 6 juta Bangsa Jahudi tidak pernah mengklaim diri pusat nasionalisme, juga bukan untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai kanselir Jerman. Tetapi Hitler membela bangsanya yaitu bangsa Prusia, berjuang demi harga diri bangsa Prusia. Demikian pula di Rusia dimulai dari restrukturisasi Rusia melalui grasnot, demokratizaya dan preostroyka dan akhirnya juga negara Rusia melepaskan beberapa negara pecahan di Eropa Timur dan 3 negara di Kaukasia Selatan pada 1991 juga untuk mempertahankan bangsa  Rusia seperti sekarang ini. Revolusi Perancis adalah juga mempertahankan bangsa Perancis dan juga restorasi Meiji di Jepang terjadi setelah penjajahan Jepang terhadap China dan kemenangan Jepang atas perang  Manchuria menghadapi Rusia dan Jerman juga untuk mengangkat harga diri dan nasionalisme bangsa Jepang bukan untuk mempertahankan citra atau kekuasaan Meiji dan Kawan-Kawan yang menjadi Pemimpin perang.

Oleh karena itu, para pemimpin negeri ini yang mengklaim diri pusat nasionalisme harus kita lawan! Kita harus lawan! Kita harus lawan. Lawan tidak mesti perlawanan fisik tetapi perlawanan terhadap cara pandang, pola pikir dan nalar penguasa yang berada di singgasana kekuasaan. Karena akal sehat untuk mengelolah negeri ini sedang tumpul, galau dan bahkan nelangsa di simpang kiri jalan.

Saya harus jujur sampaikan kepada adik-adik sekalian. Bangsa ini sedang mengalami Problematik secara kronis sepanjang lebih dari 50 tahun. Salah satu sumber persoalannya dimulai ketika Negara ini mengambil 3 senyawa yang berbeda dalam satu wadah yaitu; Nasionalisme, Agama dan Komunis. Bagaimana mungkin tiga pilar yang bertentangan bisa dipaksa dalam satu wadah. Nasionalisme yang mengedepankan cinta pada tanah air dan bangsa yang bersifat profan, duniawia dan alam pikir sekuler. Sedangkan Agama berbicara tentang hubungan transendental antara Tuhan dan Manusia, Tuhan dijadikan sebagai sumber moral dan pusat kekuasaan dan Komunsme yang mengajarkan cara pandang materialisme, sebuah dialektika dan logika tentang peniadaan Tuhan. 

Sangat kontras dengan posisi ideologi politik-ekonomi negara-negara dunia ketiga dimana dunia berada dalam perang dingin antara blok barat dan timur. Bandingkan di Tanzania, pejuang dan proklamator bangsa Sanzibar dan Tanggayika Prof Julius Nyerere membangun doktrin sosialisme ujama yaitu kombinasi antara sistem sosialis, kapitalis dam nasionalisme berpusat pada rakyat agrarian. Agama ditempatkan pada posisi Agung (adiluhung).

Sebenarnya  akhir tahun 1960-an ketiga pilar ini sudah mulai pudar dan pecah bahkan komunisme dibubarkan bahkan dilarang dan tidak berada satu wadah, namun 1973 ketika terjadi fusi partai, kekuatan komunisme masuk dalam mesin utama sebuah partai menjadi kekuatan utama sebuah partai yang bertahan sampai sekarang. Sedangkan kelompok agama sebagai penentang komunisme masih memiliki ingatan akan trauma dan tragedi ( memoria pasionis), bermusuhan dan menyimpan dendam kesumat atas peristiwa 65. Sepanjang kekuatan komunisme ini masih ada dalam mesin utama politik maka persoalan bangsa ini tidak akan pernah berakhir.  Dampaknya hari ini kita menanggung dosa sejarah dan akan terus menjadi noda hitam bangsa dalam sejarah Indonesia.

Berbicara tentang komunisme adalah pembicaraan yang paling sensitif di negeri ini. Keberadaan komunisme masih menghantui sebagian besar rakyat Indonesia. Namun hari ini pemerintah menjalin hubungan dengan negara komunis China menunjukkan mengambil politik luar negeri lebih ekstrim melampaui pakem politik bebas dan aktif. Kebijakan politik luar negeri pemerintah yang lebih condong ke China dibandingkan negara-negara Amerika, Eropa bahkan Jepang cenderung mengancam eksistensi negara Republik Indonesia. China adalah super Power bidang ekonomi, politik, militer juga finansial.

Pada Bulan Oktober 2017, Konggres Nasional Partai komunis
China telah menetapkan 4 hal penting terkait Indonesia yang harus dicermati dan diwaspadai: 1). Menetapkan Xi Jinping sebagai Presiden China sekaligus sebagai Ketua Politbiro Partai Komunis China. Dimana Jingping pernah ke Jakarta merumuskan konsep Jalur Sutera di Jakarta. 2). Partai Komunis China menetapkan perantau (diaspora) China diseluruh dunia ditetapkan sebagai bangsa China dan China mengenal warga negara mengikuti pertalian darah (ius sanguinis). 3). Keputusan Partai Komunis China bahwa kurang lebih 400 juta orang harus keluar dari China, karena ruang dan kapasitas di China tidak cukup mampu menampung pertumbuhan penduduk.

Ada korelasi dan signifikan jika adanya penetrasi kapital China, pembukaan kawasan industri, pembangunan kawasan real estate dan reklamasi pesisir partai, penguasaan agro wisata, agro industri dan perkebunan yang luas adalah miliu dimana potensial bagi tempat penampungan penduduk China sesuai target Partai Komunis China. Inilah harus dicurigai dan diwaspadai bangsa ini.

Adek- Adek Sekalian. Soal 4
Pilar bangsa. Saya harus mengulas satu per satu untuk memahami cara pandang Out of The box tentang 4 pilar ini. Kita mesti kembangkan pemikiran baru yang lebih dinamis dan fleksibel menyertai perkembangan jaman.

Pancasila. Ironi memang!. Hari ini, Pancasila sebagai landas pijak bangsa (norma dasar) mulai terusik, Tuhan mulai dipertentangkan antara sentrum utama kekuasaan dan sumber moral, kemanusiaan terasa tidak adab dan tidak adil, persatuan terkungkung dalam polarisasi SARA, permusyawaratan dimonopoli komunitas mayoritas berlindung didalil dan jargon "One men, One Vote, dan One Value" di negeri yang penduduknya tidak seimbang, keadilan yang kontradiktif tanpa disertai distribusi kekuasaan yang merata, (no distribution of justice without distribution of power). Soal Distribusi Kekuasaan ini amat penting. Problem saat ini kurangnya distribusi kekuasaan (disturibution of power) yang berdampak pada distribusi keadilan (distribution of justice) maka ada benarnya jika keadilan hanya berpusat pada sekelompok oligarki politik juga ekonomi pada kelompok pemenang ini.

Pancasila tidak mesti dijadikan sebagai azas tunggal karena semua komunitas bangsa ini memiliki Azaz yang berbedah bedah, ada yang berazas agama, ada yang berazas budaya, ada yang berazaz kepribadian suku dan bangsa di nusantara.

Sudah saatnya membuka wacana (diskursus) Tuhan sebagai sumber kekuasaan atau sumber moral adalah hal yang mudah diperbincangkan agar termasuk tuntutan akan adanya piagam Jakarta dan juga piagam Madina. Demikian pula kemanusiaan yang adil dan beradap, istilah "adil dan beradap" itu kata kerja bukan kata sifat sehingga tidak tepat dimasukan sebagai falsafah hidup ( filosofiche groundslack), demikian pula persatuan Indonesia tercerai berai dalam sektarianime dan etnisistas, adalah fakta sosial yg tidak bisa ditutupi atau disembunyikan bahwa ada Islamo phobia, Kristen phobia, papua phobia, Jawa phobia, Bali phobia Sdh mulai tumbuh kembang dan menjamur dimana-mana.

Persoalan permusyawaratan, sistem pemilu sekarang promosional terbuka adalah sistem Winers takes all, pemenang ambil semua, tidak tepat karena adanya fakta bangsa kita Persebaran penduduk yang tidak seimbang, Jawa masih dominan dari suku lain maka bukan tidak mungkin Presiden melalui pemilihan dan juga legislatif pasti didominasi oleh mayoritas di negeri ini, ini yang namanya kekuasaan berpusat pada satu suku.

Problem saat ini kurangnya distribusi kekuasaan (disturibution of power) yang berdampak pada distribusi keadilan (distribution of justice) maka ada benarnya jika keadilan hanya berpusat pada sekelompok oligarki politik juga ekonomi pada kelompok pemenang ini.

NKRI itu hanya sebuah bentuk bangunan negara bangsa, bentuk negara ini sama dan ibarat nomenklatur yang termasuk bangunan sosial, bangunan sosial bersifat dinamis bukan statis dan kaku, sebagaimana sistem sosial yang selalu berubah, NKRI itu juga bisa berubah, sangat ironis seluruh dunia Negara kesatuan itu dibentuk jika; luas wilayahnya kecil, negara kontinental (daratan), penduduknya homogen, kekuasaan terpusat.

Kalau bangsa kita jelas bahwa wilayah negara ini terlalu luas, negara maritim, penduduk heterogen, dan pemerintahan demokratis, inilah yang namanya contradictio in terminus. Sudah saatnya kita harus formulasi Ulang tentang NKRI dengan bentuk negara Federasi atau Serikat. Bangsa Aceh bisa mengatur dan mengurus diri sendiri, Sumatera Utara, Kalimantan, Sulawesi dan Bali, NTT dll.

UUD 1945, sebagai landasan konstitusional tidak dapat diterapkan dan tidak relevan lagi dengan kondisi kekinian bangsa Indonesia.
Kalau kita cermati sebagai landasan konstitusional tidak mampu menjadi pijakan para pembuat undang undang, berbagai pasal di batang tubuh yang bertentangan dengan berbagai peraturan perundangan yang dihasilkan saat ini.

Selain adanya gugatan sekelompok orang yang dituduh makar yang ingin agar kata "asli" dihidupkan kembali juga adanya undang2 yang bertentangan misalnya hukuman mati, sesuai dengan pasal 28 huruf i UUD 1945 menyatakan pengakuan hak hidup namun dalam UU KUHP masih menerapkan hukuman mati, demikian pula UUD juga tidak statis, kita memilik pengalaman amandemen UUD 1945. Sudah saatnya UUD 1945 dilakukan perubahan secara radikal untuk mengakomodir agar adanya kepastian kepentingan golongan minoritas dalam eksistensi Republik ini.

Bhineka Tunggal Ika ini hanya hanya adagium yg dimaknai secara simbolik tetapi tidak substansial, pengakuan keanekaan secara simbolik tidak disertai dengan kebijakan yang berbhineka, ketika Presiden menunjuk menteri 28 orang dari 34 di antara berasal dari 1 suku yaitu Jawa maka sejatihnya tidak melaksanakan atau mewujudkan bangsa pelangi atau Bhineka.

Bhineka adalah bangsa pelangi karena itu tidak tepat kalau disebut Ika atau Tunggul, pengakuan secara faktual Bahwa kita berbangsa multy etnik dan Multi minoritas adalah sesuatu ada (being). Kenyataan hari ini menyaksikan bangunan kebhinekaan bangsa rapuh bahkan nyaris tuntuh, saatnya mesti belajar mengakui adanya fakta bangsa ini memang berbeda-beda.
Semua riu redah dan riak2 di bangsa ini tidak jatuh dari langit, ada akar historisnya dan ironisnya persoalan2 ini muncul ketika bangsa ini memilih Pancasila, UUD 45, NKRI Adam Bhinneka Tinggal Ika menjadi pilar-pilar bangsa yang konstan tanpa membuka ruang menampung nilai-nilai baik yang lahir, timbuh dan berkembang di negeri ini.

Termasuk Hukum Syariah, Khilafah dan Khalifah sebagai komplementer untuk melengkapi cara pandang, pemikiran dan tindakan berbangsa dan bernegara. Sampai kapanpun bangsa ini akan bermasalah ketika penetrasi Islam transnasional begitu kencang berkembang pada mayoritas, namun negara menutup ideologi, dogmatika agama yang dianut oleh mayoritas rakyat Indonesia.

Kita telah mengalami kemunduran tidak hanya dalam pembangunan fisik tetapi yang terpenting adalah pembangunan manusia.  Empat Tahun lalu, Kata NAWACITA begitu magnet dan membahana seantero nusantara. Sejak tahun 2016, Jokowi gugup mengucapkan kata “NAWACITA” dan tenggelam dihamparan lautan nusantara. Kegagalan terbesar bangsa ini adalah gagal menemukan pemimpin yang Berfikir (ontologis), mampu menerjemahkan (epistemologis) dan juga bisa mendeliver menjadi nyata (aksiologis). Seperti Revolusi Mental yang konon katanya mau merubah 7 sifat buruk “manusia Indonesia” yang dikemukakan oleh Muchtar Lubis antara lain: munafik (hipokrik), korup, percaya tahayul. Namum Jokowi telah menenggelamkan sendiri karena ada tumpukan nalar orde baru  dan mendung besar di atas Istana Negara.

Akhirnya, hari ini kita menyaksikan rakyat menjerit karena tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan akibat pemimipin tidak mampu mengelola negeri ini. Nilai tikar rupiah makin melemah ke posisi psikologi mencapai 14.900. Kita sudah memasuki babak baru krisis perekonomian.

Apa yang telah saya jelaskan di atas adalah berbagai persoalan fundamental yang harus diselesaikan. Tidak lain dan tidak bukan yaitu melalui Revolusi konstitusional. Revolusi konstitusional memang tidak mudah ditemukan dalam berbagai pustaka. Secara teori hanya kita mengenal revolusi konstitusi. Namum saya tegaskan Revolusi jangan dilihat sebagai sebuah perlawanan fisik, tetapi merujuk kepada ide Bung Karno yaitu Revolusi sebagai pergerakan nasional. Pergerakan untuk perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial).  Pada hakikatnya  revolusi sebagai “perombakan, penjebolan, penghancuran, pembinasaan dari semua yang tidak kita sukai, dan membangun apa yang kita sukai. Revolusi adalah perang melawan gagalnya pemimpin negara dan melawan tatanan, norma dan keadaan yang buruk  untuk melahirkan keadaan yang baru”.  Hal ini harus dimulai dari Mahasiswa sebagai mesin utama perubahan.

Natalius Pigai, Kritikus, Aktivis 98, PRD, SMID Dll.

Rabu, 12 September 2018

DPP GEPENTA JAWA BARAT MELAKSANAKAN KONSOLIDASI DENGAN DPK MENUJU ERA MILENIA JABAR

Bandung, 11 September 2018

Dewan Pimpinan Provinsi Jawa Barat Gerakan Nasional Anti Narkoba, Tawuran dan Anarkisme (GEPENTA) melaksanakan kegiatan Konsolidasi internal DPP GEPENTA Jawa Barat dan juga eksternal dengan Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota (DPK GEPENTA) se-Jawa Barat, 11 September 2018 di Sekretariat DPP GEPENTA Provinsi Jawa Barat.

Konsolidasi tersebut bertujuan memantapkan koordinasi antara pengurus DPP dan DPK GEPENTA Provinsi Jawa Barat dalam kiprahnya sebagai bagian dari Warga Provinsi Jawa Barat dan Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mendedikasikan diri sebagai posisi paling depan dalam usaha membantu Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Republik Indonesia memberantas peredaran Narkoba, mencegah tawuran dan anarkisme serta terorisme demi kelajutan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, damai sejahtera dalam NKRI yang berBhinneka Tunggal Ika.

Wujud nyata program yang telah kami siapkan dilaksanakan dalam waktu dekat ini adalah Seminar dengan tema " Era Milania Jawa Barat Endah Tanpa Narkoba, Tawuran dan Anarkisme". Kata Sekretaris DPP GEPENTA JABAR kepada zuraidbima.

Generasi milenia yang menjadi fokus pembinaan DPP GEPENTA Propinsi Jawa Barat adalah Usia SLTP, SLTA se-Jawa Barat, perwakilan kurang lebih 20 (dua puluh) sekolah yang diwakili oleh Pengurus OSIS masing-masing dan bekerja sama dengan Kapolda Jawa Barat, Pangdam III Siliwangi, Gubernur Jawa Barat, Direktorat BNNP, Dinas Pemuda dan Olah Raga, Bappeda, Kejari Jawa Barat, dan Dewan Pimpinan Nasional GEPENTA, akan kami kumpulkan dalam kegiatan Seminar tersebut.

Kegiatan ini djadualkan dalam Rapat Konsolidasi DPP dan DPK GEPENTA, hari Minggu, 16 September 2018 di Aula Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat. Diharapkan kegiatan tersebut menghasilkan satu kekuatan bersama dalam rangka membangun Jawa Barat Juara, Generasi Jawa Barat yang siap menyatakan tidak pada penyalahgunaan Narkoba, Generasi Jawa Barat yang siap mencegah tawuran dan tindakan anarkisme dan Jawa Barat yang menjadi contoh bagi Provinsi lain diseluruh pelosok Negara Kesatuan Republik Indonesia.

red. zuraidbima.blogspot.com/11/09/2018

Senin, 10 September 2018

RAPAT ZELLO TIM PUSAT KOPDARNAS IV 2018

Jakarta, 08 September 2018

Rapat Pemantapan Persiapan Jumpa Darat Nasional ZELLO INDONESIA ke IV di Bandung kembali digelar hari Sabtu, 08 September 2018 bertepatan dengan Jumpa Darat ZELLOVER INDONESIA di Pernikahan Putera dan Puteri Mbah ROJI Zello Chanel Wonogoro Gunung Kidul (WGK) Ciputat Tangerang Selatan Propinsi Banten.

Tim ZELLO INDONESIA Pusat dihadiri oleh CEPOT (Dani), Marullah, Zuraid, Abby dan Papablance. Rapat fokus membahas persiapan penerimaan ZELLOVER MALAYSIA yang akan hadir lebih awal atau 2 (dua) hari sebelum pelaksanaan JUMPA DARAT NASIONAL/KOPDARNAS IV.

Kurang lebih 25 (duapuluh lima) Personil ZELLOVER MALAYSIA telah mempersiapkan dirinya untuk hadir di KOPDARNAS IV ZELLO di BANDUNG Propinsi Jawa Barat Tanggal 1-2 Desember 2018. Tiket Pesawat dan Tempat mereka menginap sementara sejak 28 November 2018 tiba di Indonesia akan dipersiapkan khusus oleh TIM NASIONAL yang dikoordinasikan langsung oleh CEPOT.


Selesai rapat persiapan ZELLOVER mengisi kegiatan hiburan dengan nyanyi dan joged bersama, tampil beberapa artis ZELLO yang heboh dan susah dapat merah kalau racing zello, tetapi kalau lomba Karaoke paling jago dan tampil paling heboh di Karaoke ZELLO.

Goyangannya tidak diragukan lagi sexi habis, suaranya tidak kalah dari artis Indonesia yang sudah terkenal. Tonton Aksi Mereka di Video tersebut di atas !.

ZURAID BIMA09/09/18

Senin, 03 September 2018

DUKUNGAN UTK PARTAI BERKARYA DAN FARIDA DITENGAH SEGALA KETERBATASAN DPW BERKARYA PROPINSI NTB TERUS MENGALIR

Bima NTB, 02 September 2018
FARIDA PARTAI BERKARYA NTB
Musibah Gempa yang melanda Nusa Tenggara Barat bulan Agustus lalu membawa dampak ekonomi yang meluas di Nusa Tenggara Barat, imbasnya para Kader Partai Politik mengurangi segala aktivitas yang berkaitan dengan sosialisasi dan publikasi Partai maupun Sosialisasi para kader Partai yang maju sebagai anggota parlemen baik ditingkat Kabupaten Kota, Propinsi maupun Pusat.
Namun demikian FARIDA (ORIN BIMA) justru ditengah keterbatasannya terus berjuang untuk mensosialisasikan Partai Berkarya sebagai wadah perjuangan menuju Parlemen Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Alhamdulillah dalam situasi keprihatinan seluruh keluarga, sahabat dan rekan-rekan seprofesi seniman terus mengalir hingga hari ini, kata FARIDA saat menghadiri Pernikahan Keponakannya di Kecamatan Lambu, tanggal 2 September 2018.

Perjuangan saya juga sangat diapreseasi oleh rekan rekan paguyuban seniman Kabupaten/Kota Bima dan Dompu sehingga segala kendala menjadi semangat buat saya, punkas FARIDA.
Harapan kedepan semoga kondisi bisa cepat pulih perekonomian Nusa Tenggara Barat bisa pulih kembali dan korban yang terkena gempa kembali hidup normal seperti sediakala, Inshaa Allah kegiatan saya sebagai senimanpun sedikit demi sedikit bisa menunjang perjuangan memenuhi target Partai Berkarya di Propinsi Nusa Tenggara Barat, kata Farida penuh harapan.
Mohon doa dan dukungan seluruh Bangsa Indonesia untuk Saudara-Saudara kita di NTB. Terima kasih kepada Pemerintah Pusat, Daerah, Donatur/Dermawan dan Seluruh relawan baik yang terlibat langsung maupun yang membantu pendanaan pemulihan Nusa Tenggara Barat pasca gempa. Tutup FARIDA.

RED.ZURAIDBIMA/02/09/2018

PELUKAN PENUH MAKNA DAN DO'A TULUS PUTERA/I. TERBAIK NKRI

Jakarta, 2 September 2018

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Adinda Hanif sang Juara Sejati, Pahlawan Olah Raga Kebanggaan Negara Kesatuan Republik Indonesia bahkan Dunia, semoga Allah SWT. Tuhan Yang Maha Mengatur Kehidupan senantiasa diberkahi dan diridhoi setiap prestasi yang diraih... aamiin yaa Rabbal Aalamiin !.

Detik-Detik Indah itu bak embun pagi yang sejuk turun dari syurga, ratusan juta pasang mata tertuju pada punggungmu yang berbalut merah-putih, sang saka yang diperjuangkan dengan mengorbankan Nyawa dan Harta para Pahlawan Pejuang Kemerdekaan NKRI. Air mata kerinduan akan kedamaian hidup yang saling hormat-menghormati walaupun berbeda suku, agama dan ras diiringi Do'a tulus dari Qolbu dan menggetarkan bibir berucap Ya Allah... Tuhan Yang Maha Kuasa jadikanlah pelukan tangan HANIF sebagai senjata ampuh pemersatu satu kami dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga akhir zaman !.

Detik-detik itu menghentakkan hati dan jantung bagi siapapun yang ikhlas berjuang untuk kedamaian dan kemakmuran Bangsa dan Rakyat Indonesia. Jantung mereka akan berdetak kencang sembari berdo'a agar pelukan itu dapat dibaca oleh kedua Tokoh yang sekarang menuju kursi kekuasaan Nomor 1 di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bung Joko Widodo dan Bung Prabowo Subianto... buka mata hati anda berdua sedalam-dalamnya, resapi dan maknai pada setiap langkah dan tutur kata Anda Berdua tuangkan dan tumpahkan pada setiap aktivitas anda berdua dengan pendukung fanatik anda. Bayangkan dan ingat pelukan dari syurga melalui tangan HANIF saat-saat Anda Berdua mengeluarkan kata-kata (instruksi) menuju kemenangan dalam Lomba menuju Kursi RI-1, Bung Sandiaga Uno dan Kiyai Makruf Amin, buka mata bathin jaga dan ingatkan mereka berdua jadilah pendamping yang bisa dan berani mengatakan dan bertindak mencegah kebathilan dan kemungkaran.

Terima kasih dan kebanggaan yang sangat luar biasa kepada seluruh atlit Indonesia yang telah berjuang mengharumkan Indonesia dan mengibarkan sang saka merah-putih dipodium. Terus berjuang pertahankan dan tingkatkan prestasi. Yang belum bisa dapat terus berlatih, do'a kami Rakyat Indonesia menyertai anda semua meraih prestasi dimasa-masa yang akan datang !.

Terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia yang telah mampu memberikan Penghargaan atas Atlit-Atlit yang meraih medali, pelatih dan seluruh komponen yang telah mensyukseskan penyelenggaraan ASIA GAMES 2018 Jakarta-Palembang.

ZURAID-BIMA
ZELLO INDONESIA

Minggu, 02 September 2018

Ketua Umum Dpn Gepenta mendukung kebijakan dan keputusan Kapolri Jenderal Polisi Prof Dr Tito Karnavian

Jakarta, 2 September 2019
DR. Drs. Parasian Simanungkalit, SH.MH.
Ketua Umum DPN GEPENTA
Ancaman perpecahan yang semakin nyata diseluruh wilayah NKRI, atas pertimbangan itu maka Kapolri menetapkan tagar #2019GantiPresiden dilarang untuk disebarkan dan di sosialisasikan. Sebagaimana pada Anev DPN GEPENTA bahwa tahun 2019 itu dari tanggal 1 Januari 2019 sampai dengan 31 Desember 2019. Pilpres pada tanggal  17 April 2019 dan Pengumuman pada bulan Juli 2019 Pemenang Pilpres. Apabila diantara 1 Januari sampai dengan 16 April dilakukan pergantian Presiden Jokowi secara paksa maka jabatan Presiden diserahkan kepada Wakil Presiden seperti kejadian bulan Mei tahun 1998 penyerahan jabatan Presiden Suharto kepada Wakil presiden BJ Habibie. Hal ini karena dipaksa oleh Rakyat yang Demo di MPR dan DPR. Karena Presiden Suharto tidak ingin pertumpahan darah mengerahkan pasukan TNI dan POLRI mengusir massa dari gedung DPR maka dia mau lengser dan menyerahkan jabatan Presiden kepada BJ Habibie. Apakah ini yang akan ditiru oleh pemilik tagar #2019GantiPresiden. Kemudian kalaupun Presiden Jokowi dan Maruf menang pada Pilpres/Wapres tetapi karena sudah di ikrarkan Ganti Presiden 2019 maka akan dibuat chaos dan mengerahkan Massa untuk menduduki Istana dan Gedung DPR, mungkin ada dibenak mereka. Tidak segampang itu menguasai Istana dan gedung DPR. Setelah Pilpres antara Juli sampai 31 Desember 2019 kalau tidak dapat dilakukan dari 1 Januari 2019 sd Juli 2019 maka akan terus dilanjutkan. Ini terobsesi dengan gampangnya penyerahan kekuasaan dari Presiden Suharto kepada BJ Habibie pada tahun 1998. Kondisi sekarang telah berbeda, pemerintahan yang dipegang oleh Jokowi satu periode telah dirasakan pembangunan yang berhasil di laksanakan oleh Jokowi. Beda dengan Jenderal Suharto yang memerintah 30 tahun hampir semua rakyat tidak senang, tetapi pemerintahan Jokowi baru 5 tahun pada Pilpres 17 April 2019. Oleh karena itu ancaman perpecahan telah tecium oleh BIN,BAINTEL POLRI, BAIS DAN BARESKRIM.POLRI MAKA rakyat dan bangsa Indonesia sejatinya mendukung ketetapan Kapolri menyatakan sosialisasi #2019GantiPresiden dilarang. Itu sudah tepat. Oleh karena itu seluruh Komponen Bangsa baik TNI komponen Utama di bantu Polri serta didukung oleh seluruh Rakyat Indonesia harus mendukung POLRI menciptakan Kamtibmas yang kondusif aman dan damai. Namun apabila telah mengarah kepada kedaulatan NKRI maka semua Komponen Bangsa harus siap melakukan "UPAYA MEMPERTAHANKAN NKRI DENGAN PERLAWANAN RAKYAT SEMESTA. *JAYALAH INDONESIA JAYALAH PANCASILA* *SALAM GEPENTA *"HARAMKAN NARKOBA CEGAH TAWURAN DAN ANARKIS"*