REUNI AKBAR ALUMNI 1989 SMPN 1 SAPE TAHUN 2019 JUMPA KANGEN GENERASI BIRU 1989MERAJUT UKHUWAH, MENYAMBUNG SILATURRAHIM ZELLOVER INDONESIA BEROJENG, BERGEMBIRA & BERAMAL BERSATU DALAM CANDA & TAWA DI UDARA dan DI DARAT

Sabtu, 19 Januari 2013

SURAT EDARAN DPN GEPENTA



Salam GEPENTA...
Haramkan Narkoba, Cegah Tawuran & Anarkis..

Dengan Hormat,
Salam sejahtera bagi kita semua..
Sehubungan dengan memasivkan seluruh kader warga GEPENTA di seluruh Indonesia yang sudah terbentuk di daerah Provinsi, Kota maupun Kabupaten masing-masing, DPN GEPENTA mengintruksikan dengan sangat kepada seluruh Ketua-ketua agar MEREVITALISASI anggota-anggota & kader-kadernya yang tertera.

Kemudian mengirimkan alamat kantor, Email, Tlp dan HP yg dapat di hubungi, guna memudahkan lintas Kordinasi yang efektif dan terorganisir dengan baik serta lancar.

Dengan ini, semua itu mohon agar segera dikirim ke alamat email dpngepenta@yahoo.com atau via pos Jl. Sultan Iskandar Muda No. 31 (Arteri Pondok Indah) Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan 12240. (Kantor DPN GEPENTA)

Demikian Surat Perintah ini disampaikan, sebagai acuan maklumat yang harus dilaksanakan untuk seksama. Indonesia tercinta terbebas dri NARKOBA, Damai, Aman, Sejahtera & Tentram tanpa Tawuaran & Anarkis.
Sekian & Terima kasih.

Salam GEPENTA...
Salam hangat,

Hormat Kami,
A.N. _KETUM DPN GEPENTA_
_SEKJEN DPN GEPENTA_


diteruskan oleh :
Zuraid Bima
Humas PD. GEPENTA Kab. Bekasi

Jumat, 18 Januari 2013

LUAPAN KALI JAMBE MELUMPUHKAN AKTIVITAS PASAR MINI GRAHA PRIMA

Tambun Selatan, 17 Januari 2012
Untuk kedua kalinya dalam bulan Januari 2013 Perumahan Graha Prima Kelurahan Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi merasakan rendaman banjir kiriman luapan air dari kali malang yang bersumber dari bendungan Katulampa dan Citarum
Banjir kiriman yang melalui kali Jambe tersebut meluap dan melumpuhkan aktivitas Pasar Mini Graha Prima dan menggenangi rumah dan jalan utama rata-rata 50 cm

Walaupun dalam keadaan serba darurat diposko siaga warga Graha Prima tetap ceria dan bersyukur atas cobaan tersebut dan terlihat salah satu Partai Politik Pimpinan Ranting Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mangunjaya Tambun Selatan Kabupaten Bekasi siaga dengan Ambulance dan perlengkapan medis serta personil yang siap melayani warga yang membutuhkan pertolongan pengobatan pertama.


Alangkah indah dan sempurnanya apabila Partai-Partai Politik lainpun berbuat demikian diwilayah-wilayah lain yang terkena dampak banjir....semoga...


Dua hari sudah aktivitas pasar mini Graha Prima lumpuh, warga perumahan Graha Prima dan kampung-kampung disekitarnya merasakan dampak yang cukup terasa terutama kebutuhan sehari-hari yang sulit didapat karena lumpuhnya aktivitas pasar tersebut.

Semoga banjir cepat surut dan seluruh aktivitas warga perumahan kembali seperti sediakala....Amien.....!
 

Rabu, 16 Januari 2013

REMBULAN PUN KEMBALI BERSINAR

Oleh :
  Nama: Salami Ami
Tempat tlg lahir : 28 Agustus 1970
Alamat : Jln. Danau tempe F3B/ No. 6 Sawojajar. Malang
Alamat email Facebook : amisalami93@yahoo.com HP. 081233760063
 Riwayat Pendidikan :
Thn 1983 lulusSD
Thn 1986 lulusSMP
Thn 1989 lulus SPG.
Januari 2013
Seperti biasa aku menunggu kedatangan suami pulang dari kantor. Hari semakin sore, aku mondar- mondir dengan perasaan gelisah . Tidak biasanya dia pulang terlambat tanpa memberitahuku dulu. Aku mendengar langkah kaki yang semakin jelas , segera pintu rumah aku buka. Suamiku pulang dengan wajah murung dan lesu , ini tidak seperti biasanya.
Ku sambut suamiku dengan senyuman, dan kucium tangannya seperti biasanya. Murung di wajahnya terlihat jelas walau pun aku sudah berusaha menghiburnya. Sudah hampir seminggu ini sikapnya pun aneh terhadapku. Aku coba bertanya kepadanya apa yang terjadi, jawabnya tidak ada. Naluriku sebagai seorang istri tidak bisa di bohongi. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi padanya.
Ponsel itu terus saja berdering memecahkan kesunyian malam ketika aku bersamanya. Aku mengambilnya terlebih dulu karena posisinya dekat denganku, ada kegelisahan tanpak jelas di wajah suamiku. Sepertinya dia mengkhawatirkan pesan yang ada di ponselnya.
Aku membaca kata-kata yang ada di ponselnya. Darahku langsung mendidih emosiku tak terkendalikan. Aku marah setelah membaca semua pesannya. Suamiku selingkuh. Aku tak menyangkah ini semua terjadi padaku setelah sekian lama kami hidup bersama dalam suatu ikatan perkawinan yang suci. Dia berani menghiyanati cinta.
Perang mulut pun tak terelakan, walau pun sebenarnya ini tak kami inginkan. Suamiku masih saja membela diri yang katanya itu temannya dan dia tidak ada hubungan sepecial dengannya. Aku tak percaya sebab kata-kata yang aku baca begitu mesra. Aku cemburu, selama bertahun- tahun kami menikah dia tak pernah menyebut kata ‘’sayang’’ . Apa lagi kata-kata yang mesra seperti rayuannya di ponsel itu.
Hujan gerimis tiada hentinya sepanjang malam. Udara dingin menyelimuti ranjangku. Dinginnya malam tidak seberapa di bandingkan dengan sikap suamiku. Aku mencoba menghangatkan suasana dengan bahasa tubuhku. Biarlah malam ini aku mengalah dengannya. Dengan penuh kesabaran aku merayunya. Dan dengan cara halus dia menolak rayuanku. Capek menjadi alasan utamanya.

Malam pun semakin larut aku tidur di temani dinginnya malam dan rasa sepi yang mencekam batinku. Ku pejamkan mata dengan penuh tanda tanya terhadap sikap suamiku. Jam dinding kamarku menunjukan angka 1 . Aku masih belum bisa tidur , dan Tiba-tiba aku mendengar suara suamiku menyebut sebuah nama. Awalnya pelan , tiga kali aku mendengarnya.
Dan yang terakhir dia berteriak lalu terbangun dari tidurnya. Tengah malam buta yang dingin aku dan suami ribut membahas sebuah nama yang ada dalam mimpi suaminya. Menyebalkan , itulah yang ada dalam pikiranku.
Suamiku tetap saja tidak mau mengakuinya. Yang jelas- jalas sudah ada buktinya. Aku berusaha mengusir kegelisahanku. Aku turun dari ranjang dan mengambil air wudhu sholat tahajud pun aku lakukan. Doa-doa aku panjatkan kepada Allah tak terasa air mataku mengalir dengan derasnya ketika aku memanjatkan doa-doaku. ‘’YA ALLAH BERIKAN HAMBAMU INI PETUNJUK , HAMBA YAKIN COBAAN INI KAU BERIKAN KARNA KAU MENYAYANGI HAMBAMU INI DAN BERILAH HAMBA KEKUATAN DAN JALAN YANG KAU RIDHOI YA ALLAH. HAMBA SANGAT MENYAYANGI KELUARGA HAMBA , KABULKAN LAH DOA HAMBAMU INI YA ALLAH.’’ Alhamdulillah ada ketenangan dan kesejukkan dalam hati ini.
Pekerjaan rumahku pagi ini menumpuk, sampai aku bingung mau mengerjakan yang mana. Jadwal mencuci baju aku awali. Satu persatu cucian aku cek saku baju dan saku celana. Ada sesuatu di dalam saku celana suamiku, yang tadinya aku kira kertas biasa. Sudah menjadi kebiasaan suami menyimpan cacatan memonya dalam saku celananya. Biasanya aku enggan untuk membacanya, entah kena apa kali ini aku tertarik untuk membacanya.
Sepucuk surat cinta yang kertasnya terlihat sudah usang. Tertulis tgl, 15- april 1984. Dan isinya sebuah kenangan sepanjang jalan kenangan ketika kau mengucapkan kata cinta . I LOVE YOU TO…. Fais, From Nisa. Nama yang di ucapkan suamiku ketika tengah malam dalam mimpinya. Orang yang sama pula dalam sms suamiku. Hatiku kembali di bakar rasa cemburu. Siapa sebenarnya dia ? Pertanyan inilah yang sedang menari-nari dibenakku.
Siang itu cuaca buruk melanda kotaku , hujan angin kencang membuat kondisi badan tak karuan. Suamiku pulang agak awal dari biasanya. Seluruh tubuhnya panas , dia demam. Tubuhnya menggigil aku memberinya obat penurun panas. Tak lama kemudian dia pun tertidur, dia kembali mengigau seperti malam itu selalu saja nama wanita itu yang dia sebut.
Nama wanita yang sama yang ada di sms dan surat cinta. Ingin rasanya aku marah dan menghentikan dia menyebut nama itu , yang membuat telinga panas dan hati terbakar rasa cemburu. Tapi dia sakit aku tidak mungkin untuk menambah beban penderitaannya. Aku hanya bisa terdiam dan membisu entah sampai kapan.
Sebuah lagu dan alunan gitar terdengar merdu. Sudah lama aku merindukannya. Suamiku dia menyanyikan sebuah lagu yang baru pertama kali aku mendengarnya. Dia benar-benar terlena dan hanyut dalam buaiyan lagu yang di bawahkanya. Baru kali ini aku melihatnya seperti itu.
Air matanya berlinangan dan kini jatuh di kedua belah pipinya. Butiran- butiran air mata itu untuk siapa sebenarnya. Aku memperhatikan semuanya dari kejauhan. Sepertinya dia tak menyadari kalau aku berada di dekatnya. Terakhir dalam lagunya dia menyebutkan nama wanita itu lagi. Kesabaran dan kecemburuanku berada pada puncaknya.
Aku harus berbuat sesuatu dan aku harus mengetahui yang sebenarnya terjadi. Aku berusaha menahan emosiku kata- kata Istighfar pun aku ucapkan dalam hatiku. Aku mencoba berbicara dengannya dari hati ke hati. Aku mencoba mau mengerti apa maksudnya. Suamiku menceritakan semuanya tentang wanita itu dari awal dia ketemu beberapa tahun yang lalu hingga sekarang baru ketemu lagi. Ternyata kenangan di masa lalunya begitu kuat membekas di memorinya. Aku bisa maklum sampai di sini.
Bagian terakhir cerita suamiku yang aku tidak bisa terima. Ternyata mereka masih saling mencintai. Lalu aku selama ini dianggap apa? Hidup bersama mendapinginya suka dan duka tanpa ada rasa cintanya padaku. Aku benar- benar merasa di tipu olehnya. Dia benar- benar mempermainkan perasaanku. Dan cintaku yang selama ini untuknya dia anggap apa?
Tega sekali dia padaku , aku benar-benar enggak terima dengan sikap suamiku. Siang itu aku pun berkemas-kemas pulang ke rumah orang tuaku dengan kedua buah hatiku.
Badai ini masih mengamuk dalam gejolak jiwaku , awan pun semakin tebal manyelimutinya. Air mata yang bagaikan hujan turun dengan derasnya , kini kering sudah. Menangis pun tak ada gunanya. Doaku pun tak ada hentinya memohon kepadaNya.
Sudah satu minggu aku berada di rumah orang tuaku. Suamiku datang menjemputku. Dia ingin aku pulang ke rumah. Aku masih mempertahankan posisiku sebagai istrinya. Dan harga diriku dihadapanya. Aku katakana padanya .’’ Baiklah aku turuti keinginmu, kamu pilih aku atau dia.’’ Jawaban suamiku cukup singkat dan membuatku tak ada pilihan lain. ‘’ Aku pilih anak-anakku.’’ Pintar sekali dia membuat aku tepojok pada satu pilihan.
Anak-anak yang bagiku asset dunia, akheratku. Karena merekalah aku bertahan hidup dan karena merekalah hidup ini ada artinya. Dan karena merekalah aku tak bisa mengelak untuk kembali lagi bersama suamiku yang ternyata tidak bisa mencintaiku. ‘’Astagfirallahhal A’zim.’’ Aku langsung beristigfar meminta petunjuk kepada Allah. Kalau memang ini sudah menjadi kehendaknya , pasti Allah sudah mempersiapkan satu kebaikan padaku.
Sikap dingin suamiku semakin hari semakin membeku. Gunung es diantara kami begitu tebal hingga sulit untuk untuk di cairkan. Hidup satu rumah , satu atap tapi seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Bicara jika hanya ada perlu tidak ada tawa dan canda. Kalau di ibaratkan neraka inilah neraka dunia.

Aku manusia makluk yang lemah , kini terasa aku sedang tidak enak badan . Allah memberiku ujian lagi. Kini Fisikku yang diujinya. Kondisiku lemah, magku kambuh. Anak sulungku yang memang sangat menyayangiku mengetahui kondisi bundanya dia protes dengan ayahnya.
Dia menyalakan semua karena kesalahan ayahnya. Aku mendengar kata- kata yang di lontarkan pada ayahnya. ‘’ Teruskan saja yah. Emang ayah tidak pernah menyayangi kami. Kalau perlu ayah pergi saja tinggalkan kami sekalian’’. Aku kaget anakku yang selama ini pendiam dia punya keberanian untuk bicara.
Aku sengaja diam tidak bicara tidak memihak salah satu dari mereka. Suamiku tercengang diam dan membisu. Tidak ada kata- kata yang keluar dari mulutnya. Aku melihat ada penyesalan dari raut wajahnya.
Sejak kejadian itu sikap suamiku mulai ada perubahan. Dinginya suasana beberapa hari ini rupanya telah sedikit mencair. Dia mulai perhatian lagi terhadap keluarganya. Anak- anaklah yang menjadi ikatan kami untuk selalu bertahan. Merekalah yang mencairkan suasana dan karena merekalah badai bisa kami lalui.
Angin dingin masih berhembus di bulan Mei. Bunga di hatiku mulai mekar setelah sekian lama terkubur lanyu. Satu titik terang lagi Allah tunjukkan padaku. Hari ini ada seseorang yang ingin menemuiku. Seseorang yang selama ini menjadi misteri dalam kehidupanku. Seseorang yang ada dalam surat cinta, sms, dan seseorang yang ada dalam mimipi suamiku. Ya Nisa, dialah seseorang itu.
Sebuah tempat di pilihnya untuk menemuiku. Restoran jepang, Sepertinya dia sengaja memilih tempat yang sepi, dan nyaman untuk berbicara. Sepanjang perjalanku aku bertanya dalam hatiku. Apa ya, yang ingin dia bicarakan. Seandainya dia ingin merebut suamiku. Aku siap pasang kuda- kuda untuk melawannya. Ah, aku tidak boleh berpikiran buruk dulu. Ini bisa meracuni pikiranku . Tak terasa langkah kaki sudah sampai ketempat tujuhan.
Aku mengetuk pintu ruangan. Suara wanita yang aku taksir sebaya denganku mempesilahkan aku masuk. Aku melihat sesosok wanita yang sebaya denganku. Feelingku tepat. Wanita yang tinggi semampai, kulit putih, wajah oval dan berpenanpilan cukup anggun. Aku sebagai wanita yang jelas- jelas saingannya saja memujinya. Apa lagi suamiku , pantas kalau suami begitu mencintainya.
Dia mengulurkan tangannya terlebih dahulu. Namanya pun dia sebutkan. ‘’Nisa’’. Suaranya begitu lembut dan merdu. Satu lagi pujian dalam hatiku. Secara manusiawi aku benci memujinya. Tapi ini fakta. Aku membalas uluran tangannya dengan menyebutkan namaku. ‘’Zahra’’. Dia mulai pembicaraannya. Dia cerita dari awal ketemu sama suamiku, Mas Fais dia menyebutnya.
Kisah cintanya dan perpisahannya dengan mas Fais karena satu sebab. Dan satu sebab itulah mengapa dia diam- diam meninggalkan mas Fais. Dia mulai menceritakan penyebabnya. ‘’ Secara fisik aku terlihat sempurna. Aku ini mandul dek Zahra , aku tidak punya rahim lagi. Rahimku diangkat ketika aku berumur 17 tahun, karena ada penyakit di sana.
Waktu itu aku sempat putus asa. Aku sengaja meninggalkan Mas Fais tanpa memberi tahukan hal ini. Aku takut dia tidak mau mengerti maksudku. Aku mencintai dan menyayanginya. Aku tidak mau karena aku dia tidak bisa bahagia, karena aku tidak dapat memberinya keturunan.
Itulah sebabnya mengapa aku meninggalkannya. Dan kini aku ketemu dengannya tanpa di sengaja. Aku senang melihat dia bahagia bersama keluarganya. Kamu sebagai istrinya pintar, Aku lihat dia bahagia bersamamu.’’ Cinta mereka begitu suci sedikit pun tak ternoda. Aku terharu mendengar kisah cintanya. Yang jelas aku menyimpulkan dari pembicaraan kami. Dia , Nisa tidak ada nitan untuk saling menyakiti. Dia ingin mengembalikan Mas Fais sama keluarganya. Walau pun di dalam hatinya dia hanya bisa mencintai Mas Fais seorang. Tapi dia rela meninggalkan Mas Fais dan pergi dengan cintanya. Dan terakhir pembicaraan dia minta maaf sama aku dan ingin menjadi sahabatku.
Rembulan pun kembali bersinar. Allah telah mengembalikan keluargaku pada posisi semula. Setelah begitu banyak ujian yang aku lalui. Suamiku kembali menyayangiku, walau pun aku tahu cintanya milik Nisa. Aku hanya bisa bersyukur mungkin Allah memberiku bagian yang lain dari suamiku. Kini Nisa menjadi sahabatku, kami seperti saudara. Ternyata semua yang Allah kehendaki dalam hidup ini ada hikmahnya.

T A M A T

Senin, 24 Desember 2012

GO GREEN TAMARA 2012

Tambun Utara, 22 Desember 2012
Bertepatan dengan hari Ibu, BUPATI BEKASI Hj. NENENG HASANAH YASIN melalui Yayasan TUMADI CENTER Tambun Utara dan Camat Tambun Utara Mencanangkan secara resmi Go Green Tamara 2012 dengan mengadakan kegiatan lomba gambar/melukis tema lingkungan untuk siswa/i SD dan Penanaman Pohon Perdana oleh BUPATI BEKASI
HJ. NENENG HASANAH YASIN, Bupati BEKASI

Dalam Sambutannya BUPATI BEKASI menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa bangganya terhadap TUMADI CENTER Tambun Utara yang untuk ke tiga kalinya menyelenggarakan kegiatan yang sama di Kabupaten Bekasi, semoga banyak lagi TUMADI-TUMADI yang peduli penegasan beliau mengakhiri sambutannya yang diiringi tepuk tangan 1500 undangan yang hadir pada pagi hari itu.
Camat Tambun Utara Bp. SUHARTO dalam sambutannya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada TUMADI CENTER, Kepada BUPATI BEKASI dan tidak lupa beliau mengucapkan selamat hari IBU karena saat kegiatan bertepatan dengan 22 Desember 2012 (HARI IBU). Pak CAMAT Menutup sambutannya dengan Doa atas Almarhum Ayahanda BUPATI BEKASI H.M. YASIN (alm) dengan baca surat Al Fatihah yang diikuti juga oleh undangan yang hadir.




Yang Cukup menarik dalam kegiatan tersebut kompak sekali selain ditemani Suami Tercinta Bupati juga didampingi ke tiga Fraksi DPRD Kabupaten Bekasi juga hadir yang masing-masing dari Demokrat : H. Warja Miharja, PAN Daeng Muhammad, PKS : Mustakim juga tampak hadir mendampingi BUPATI Hj. NENENG HASANAH YASIN.

Kegiatan Go Green ditutup dengan Penyerahan Tropy/Piala Kepada Pemenang Lomba Lukis dan Penanaman Pohon Perdana oleh BUPATI BEKASI.

Akhirnya beliaupun pergi meninggalkan lokasi acara dengan mobil ALPHARDnya menuju lokasi kunjungan kegiatan selanjutnya di wilayah Kabupaten Bekasi.

by:ZuraidBima'2012


Senin, 17 Desember 2012

KETIKA CINTA BERPALING .....

Oleh :
  Nama: Salami Ami
Tempat tlg lahir : 28 Agustus 1970
Alamat : Jln. Danau tempe F3B/ No. 6 Sawojajar. Malang
Alamat email Facebook : amisalami93@yahoo.com HP. 081233760063
 Riwayat Pendidikan :
Thn 1983 lulusSD
Thn 1986 lulusSMP

Thn 1989 lulus SPG.

Ifa terbangun dari tidurnya. Jam diding di kamarnya menunjukkan angka sebelas. Baru jam sebelas malam ternyata. Dia turun dari ranjang, dengan mata yang masih mengantuk langkah kakinya menujuh teras depan rumah. Sepasang mata yang masih berusaha melihat di sekeliling teras. Suaminya mas Alif masih berada di sana. Duduk di kusri bambu dan begitu asik mengutak-atik ponsel, seperti biasa Ifa mendekatinya.

Malam itu terasa aneh , tingkah mas Alif di depan Ifa. Tidak seperti biasanya. Dia begitu gelisah ketika Ifa berada disampingnya. Ponsel yang dia pegang pun langsung dia sembunyikan seketika. Ifa berusaha menanyakan sesuatu pada suaminya. Tapi dia tidak menemukan jawabannya.

Sepenggal bulan sabit bersinar redup di temani bintang-bintang di langit yang Maha luas. Ifa menatap langit yang membisu dengan perasaan gundah–gulana. Ingin rasanya dia bertanya pada langit yang membisu tentang suaminya.
Mas Alif masih saja diam ysng masih duduk di kusri bambu. Ifa pun masuk ke dalam rumah, langkah kakinya berhenti di depan kaca jendela. Dia menatap wajah suaminya dari balik kaca jendela. Raut wajahnya begiru aneh, sebentar dia tersenyum, sebentar dia tertawa, dan sebentar pun dia terlihat begitu sedih. Ponselnya masih berada di tangannya , dia terus saja memandangi ponsel tersebut. Malam itu Ifa beranjak tidur dengan perasaan gelisah. Feelingnya sebagai istri menyatakan telah terjadi sesuatu dengan suaminya.
Waktu berganti bagaikan hembusan angin kencang yang tanpa kompromi pada manusia. Sikap mas Alif suami Ifa, semakin hari semakin berubah. Emosi yang ada begitu muda menempel pada dirinya. Kemarahan yang tidak jelas , sering dia lontarkan pada istrinya. Ketika itu Ifa tak sengaja membaca sebuah sms dari seorang wanita untuk suaminya. Sms itu begitu mesra kata-katanya, hingga membuat api cemburu yang ada di hati Ifa terbakar hingga tak tertahan lagi panasnya. Kata-kata istigfarlah yang keluar dari mulut Ifa. ‘’Astagfirallah al azim, aku harus sabar dan tidak boleh terpancing dengan sesuatu yang belum jelas apa maksudnya.’’ Inilah yang ada di pikiran Ifa saat itu.
Udara kering musim kemarau mengiringi langkah kaki Ifa menujuh tempat kerjanya. Udara yang dingin pagi itu seakan menembus kulitnya, akan tetapi bukannya udara yang dingin ini yang ia rasakan namun sikap Mas Alif lah yang ia rasakan melebihi dinginnya udara pagi ini. Ifa berjalan dengan pikiran kosong seakan tanpa tujuan . Matanya terasa begitu berat menahan rasa kantuk yang ia tahan, semalam dia tidur hanya beberapa jam. Pikiran yang ada di benaknya saat ini berputar- putar merekam sikap suaminya yang berubah beberapa minggu ini. Sambil berjalan hanya itu yang ada di dalam pikirannya. Dia tak sanggup lagi berpikir kearah lain bahkan terhadap pekerjaannya sekalipun.

Senja hari di bukit asmara
Awan tipis menari-nari di atas langit
Matahari berparas jingga merona
Sepasang burung dara terbang bersama kekasihnya
Melintas di atas bukit asmara.
Kulihat banyanganmu diantaranya.
Tersenyum tipis tanda kerinduan yang mengoda
Akankah kerinduan menjadi nyata….. aku tak tahu maknanya….

Sebait puisi yang dia baca dari ponsel suaminya. Yang jelas ditujukan bukan untuknya. Ada luka di hati yang terasa begitu pedih. Dadanya terasa sesak menerima kenyataan pahit yang harus dia telan. Madu cinta yang terasa manis selama delapan belas tahun dirasakan, kini berubah menjadi racun yang mematikan. Jiwa mati karenanya. Nalurinya sebagai seorang istri kini berbicara. Inilah saatnya Ifa menanyakan sebait puisi ini untuk siapa pada suaminya. Sebisa mungkin Ifa bertanya pada suami agar tidak menyinggung perasaannya.

“Abi, boleh Umi Tanya sesuatu. Sebetulnya Puisi yang romantic ini untuk siapa sih ?” Pertanyaan Ifa sedikit pun tidak membuat kecemasan pada diri Alif suami Ifa. Sepertinya dia telah mempersiapkan sejak awal. Ini terbukti dengan sikapnya yang begitu santai menjawab pertanyaan istrinya.

“Umi, boleh Abi bercerita sesuatu tentang masalah lalu Abi sebelum Abi kenal sama Umi.’’ Maka Alif pun becerita panjang lebar tentang masa lalunya dengan kekasihnya saat dia dulu masih duduk di bangku SLTA. Perempuan yang telah mengambil hati suaminya itu bernama Elena. Mereka berpisah selama dua puluh tiga tahun lamanya. Dan kini mereka bertemu kembali disaat perempuan itu telah menjadi janda dengan empat orang anak.
Kehidupan perkawinan dengan suaminya yang dulu tidak bahagia. Dia sering curhat dengan Alif suami Ifa kekasihnya di masa lalu. Karena kedekatannya itulah benih-benih cinta yang dulu pernah ada kini bersemi kembali. Dan benih-benih itu pun semakin hari semakin tumbuh subur karena kedekatan mereka. Tak terasa benih itu kini menjadi bunga cinta yang harum semerbak, mereka pun lupa dengan status mereka saat ini. Seperti anak remaja yang baru mengenal cinta, itulah gabaran cinta mereka, mereka lupa bahwa usia mereka telah senja.

Malam semakin larut, gemersik suara dedaunan di terpah angin malam menambah kesunyian malam. Ifa masih saja tidak percaya dengan masalah yang sedang dihadapinya, pikirannya kembali kemasa lalu. Di saat dia hidup bahagia bersama keluarganya. Ia sempat mencicipi manisnya madu cinta bersama suaminya selama delapan belas tahun lama. Baginya bukan waktu yang singkat untuk saling mengerti dengan pasangannya. Perjuangan dan pengorbanan pun dia lalui, masih segar dalam ingatannya ketika diawal perkawinan mereka sempat selama delapan tahun belum di kasih momongan. Saat itu suaminya begitu menyanyanginya.

Dengan kegigihannya mereka Iftiar mencari obat untuk mendapatkan sang buah hati tercinta. Waktu itu Ifa sempat putus asa, dia sempat berpikir suami untuk kawin lagi agar mendapatkan keturunan. Mengapa ketika itu dia tidak mau,dan sekarang ketika semua sudah kami dapatkan, mengapa ini semua terjadi…. Mengapa…. ‘’Ya Allah inikah ujiamu yang harus hamba hadapi, hambamu ini yakin kau sangat menyanyangi hamba yang lemah ini, maka berilah hambamu ini kekuatan.’’ Satu kalimat doa Ifa ia utarakan dalam hatinya. Tak terasa entah sudah berapa kali air matanya menyusut tapi seolah air mata itu tak pernah kering mengalir lagi menetes lagi.

Waktu pun terus saja meluncur bagaikan anak panah yang mencari sasarannya. Semakin hari Alif suami Ifa semakin dekat dengan wanita itu. Sms mersanya pun sering Ifa baca , kata-kata yang membuat hati cemburu, dan tak ada yang berusaha memadamkanya. Sepertinya Alif suami Ifa sengaja memancing masalah menjadi jelas ujungnya dan apa maunya. Pertengkaran pun sering terjadi. Rajutan benang emas cinta yang indah yang mereka rajut setelah bertahun-tahun lamanya kini telah robek , robekan itu mulanya sedikit, lama-lama menjadi lebar hingga mereka tidak bisa menjahitnya kembali.

Ranjang pengantin pun kini mulai dingin dan membeku tidak ada lagi kehangatan asmara cinta mereka. Malam-malam yang dia rasakan begitu sepi sunyi . Sikap Alif suami Ifa begitu dingin. Tubuhnya ada di dekat istrinya tapi hatinya ada pada wanita lain. Entah sampai kapan ini semua akan berakhir.

Malam minggu kelabu , malam masih merangkakan menujuh keindahannya. Tapi tidak bagi Ifa, malam minggu di bulan april itu menjadi malam yang kelabu. Suaminya yang ia panggil Abi selama ini mengutarakan niatnya untuk mempersunting wanita idamannya. Niat itu dia sampai kepada istrinya , dengan kata lain dia ingin menikahi wanita itu. Hati Ifa bagaikan di iris rasa sembilu sakitnya tak terelakan lagi. Hidup yang dia abdikan dengan suaminya orang yang ia cintai kini pupus sudah. Cintanya kini terbagi menjadi dua. Wanita mana yang tidak sakit hatinya. Air matanya tak terasa jatuh membasahi kedua bela pipinya. Keputusan yang dia ambil dia tetap tak mau di madu.

Keingin Alif suami ifa kelihatannya begitu serius. Keputusan Ifa yang tidak mau di madu sepertinya tidak mempan. Alif kembali mengutarakan keinginannya. Kali ini pihak keluarga besar mereka pun ikut turun tangan menyelesaikan masalah mereka. Maka kumpulah kedua keluarga besar mereka. Keputusan yang mereka ambil pun sama dengan yang di inginkan oleh Ifa. Demi cucu-cucu mereka, mereka menginginkan apa pun yang terjadi dalam rumah tangga yang selama ini mereka bina berjalan seperti semula. Dan mereka tidak merestui keinginan Alif selama ini yang ingin menikah lagi. Sebab tidak ada alasan yang kuat untuk menduakan istrinya dengan wanita lain.

Maka sejak keputusan itu Alif suami Ifa menuruti apa keingin kedua keluarga mereka, tapi hanya fisiknya saja sedangkan hatinya ada pada wanita lain. Semakin hari Ifa merasakan semakin jauh dengan suaminya, hidup satu atap tapi bagaikan orang asing saja yang seolah-olah tidak mengenal satu dengan yang lainnya. Sikap Alif pun begitu dingin terhadap istrinya. Rumah tangga yang tadinya begitu harmonis kini terasa hampa.

“Bagaimana aku bisa melupakan cintamu, kalau sampai saat ini aroma tubuhmu masih tercium dibenakku, dan bagaimana aku bisa melupakan bayanganmu kalu sampai saat ini itulah yang terlintas di benakku. Haruskah jiwa ini berhenti bergerak hanya karena aku tidak dapat melupaka cintamu….’’

Satu pesan singkat yang Ifa baca dari ponsel suaminya. Dari siapa lagi kalau bukan dari wanita itu. Ingin saranya hati Ifa menjerit karena marah, tapi tak bisa. Setiap kali banyangan suaminya tersirat di benaknya , hanya kalimat Istighfar yang sanggup meredam kemarahan di hatinya. Ifa tersenyum getir memandang anak-anaknya yang masih kecil- kecil. Semua yang ia lakukan hanya demi mereka ketiga buah hatinya yang masih belia. Tak terasa butiran-butiran air matanya pun kini jatuh membasahi kedua pipinya. Dia pun mengapusnya dengan hati yang penuh luka serta ketegaran jiwa.

Kapankah semua ini akan berakhir, satu pertanyaan yang ada di benak relung hatinya. Haruskah dia menanggung derita ini sampai akhir hayatnya. Tubuh mereka dekat tapi hati mereka semakin hari semakin jauh saja. Mereka seakan-akan hidup di dunia yang berbeda. Rajutan benang emas cinta mereka semakin hari terkoyak semakin melebar hampir saja terputus menjadi dua, kalau saja tidak ada buah hati mereka. Kini ketiganya tidak bahagia. Cinta segitiga yang membawa mala petaka, hidup bagaikan di dalam neraka dunia.

T A M A T
By; AMI