REUNI AKBAR ALUMNI 1989 SMPN 1 SAPE TAHUN 2019 JUMPA KANGEN GENERASI BIRU 1989MERAJUT UKHUWAH, MENYAMBUNG SILATURRAHIM ZELLOVER INDONESIA BEROJENG, BERGEMBIRA & BERAMAL BERSATU DALAM CANDA & TAWA DI UDARA dan DI DARAT

Senin, 03 Juni 2019

SEJARAH HUKUM KONSTITUSI AKAN KEMBALI TERCATAT DIPIMPIN OLEH PUTERA TERBAIK BIMA (NTB)

Jakarta, 01 Juni 2019
ANWAR USMAN, KETUA MK
Mahkamah Konstitusi akan kembali menjadi sorotan mata seluruh rakyat Indonesia bahkan manca negara, sejarah Demokrasi yang merupakan langkah terakhir bagi para kontestan politik dalam memutuskan satu perkara dan atau sengketa politik Negara Demokrasi Republik Indonesia.HAMDAN ZOELFA yang menggantikan AKIL yang ditangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena Kasus Korupsi (SUAP).
Kontestasi Politik Tahun 2014 dua pasang calon Presiden dan Wakil Presidin yang lolos ke putaran kedua Prabowo-Hatta dan Jokowi-Yusuf Kalla mendapatkan suara terbanyak dari masyarakat Indonesia kedua pasangan calon hampir mendapatkan suara yang sama besarya dan tercatat sebagai kontestan yang sama-sama punya kesempatan menuju ke puncak kekuasaan tertinggi Presiden dan Wakil Presiden.
KETUA MK
Tepat 5 tahun lalu, ketika pasangan Prabowo - Hatta menggugat hasil pemilihan presiden ke Mahkamah Konstitusi, palu sidang Pilar Konstitusi negeri ini, digenggam oleh Hamdan Zoelva. 
Sebagai Ketua MK, Hamdan yang memimpin sidang, sekaligus yang mengetok keputusan final; menolak gugatan Prabowo, dan mensahkan hasil pemilihan presiden tahun 2014. 
Kita tahu alur cerita selanjutnya. Jokowi dan Jusuf Kalla pun dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. 
Kini, pertarungan hukum di ruang sidang MK agaknya bakal terulang lagi. Pasangan Prabowo-Sandi yang dinyatakan kalah oleh KPU, akan menggugat dan mengadu ke MK. Mereka merasa telah dicurangi.
Dan dalam beberapa pekan ke depan, perhatian publik tanah air bakal terarah ke sosok Anwar Usman. Sebagai Ketua MK yang akan memimpin sidang gugatan ini, wajah Anwar Usman bakal banyak menghiasi lini dan media massa. 
Tindak tanduknya bakal diawasi. Ucapannya bakal disimak dan diteliti. Bahkan, rekam jejaknya mungkin akan ditelisik dan diusik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Sebab, nasib Pemilu yang hasilnya telah ditetapkan oleh KPU, akan ditentukan oleh 9 hakim, yang diketuai oleh Anwar Usman.
Yang menarik adalah: ada kesamaan antara Hamdan Zoelva dan Anwar Usman yang memimpin sidang maha penting ini. Keduanya ternyata lahir dan berasal dari daerah yang sama: BIMA. 
Di sebuah kabupaten di ujung timur Propinsi NTB ini, keduanya lahir, dibesarkan dan mengeyam bangku sekolah hingga SMA, dalam tradisi keagamaan yang kental. 
Hamdan anak seorang pemuka agama bernama TG. KH. Muhammad Hasan. Sedari kecil telah dibesarkan dalam tradisi keluarga santri dan Islam yang kuat. Seluruh jenjang pendidikan, diselesaikan Hamdan di sekolah berbasis Agama. Dari Ibtidaiyah hingga Aliyah.
Semula, Hamdan pun melanjutkan kuliah di Fakultas Syari'ah IAIN Alaudin Makassar, sesuai keinginan orang tuanya agar menjadi guru, sebelum akhirnya Hamdan mendaftar dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
Rupanya, jalan hidup Hamdan ditakdirkan di bidang hukum. Dengan bekal gelar Sarjana Hukum inilah, Hamdan menapaki titian karir, hingga menuju puncak sebagai Ketua MK. 
Anwar Usman juga nyaris punya kesamaan cerita. Lahir di Sila Bima, dengan didikan agama yang ketat, Anwar yang bercita-cita menjadi guru, melanjutkan pendidikannya di sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Bima. Selepas tamat SMA, Anwar merantau ke Jakarta, dan hidup mandiri sebagai guru SD, dengan status honorer. 
Di sela-sela mengajar, Anwar mendaftar kuliah dan diterima di Fakultas Hukum Hukum Universitas Islam Jakarta. Selepas sarjana, Anwar mencoba peruntungan dengan mendaftar sebagai calon hakim. Nasib baik. Anwar terangkat sebagai hakim. 
Karir hakimnya ditapaki dari bawah, dan terus menanjak hingga akhirnya terpilih menjadi Ketua MK periode 2018 - 2020.
Bagi masyarakat Bima, kedua sosok ini jelas sosok panutan. Bima bukan Jawa atau Sunda dengan cakupan wilayah yang luas serta jumlah penduduknya yang banyak. Tapi, kedua Dou Mbojo ini--untuk menyebut Orang Bima, seperti ingin menegaskan bahwa orang Bima mampu berkiprah di kancah nasional. 
Soal daya juang dan kegigihan orang Bima, seperti yang diperlihatkan oleh kedua tokoh ini, cukup bisa saya pahami. 
Walaupun bukan asli orang Bima, tapi Bima adalah "kampung halaman" saya. Sekolah Ibtidaiyah saya, bersisian pagar dengan sekolah Anwar Usman di PGAN Bima. Dan sekolah Tsnawiyah saya, sealmamater dengan sekolah Hamdan Zoelva. 
Bima memang terkenal dengan tradisi Islam yang kuat, dan pengikut Islam yang fanatik. Sejarah Islam telah masuk ke Bima sejak kerajaan ini berubah menjadi Kesultanan pada pertengahan tahun 1600-an, dengan menerapkan hukum Islam dalam sistem kehidupan masyarakatnya. 
Nah, salah satu tradisi kuat yang mengakar dan terwariskan dalam kehidupan masyarakat Bima adalah soal pendidikan. Itulah mengapa, kendati penduduk Bima kebanyakan hidup seadanya, namun semangat mereka untuk mengeyam pendidikannya sangat tinggi. Hamdan dan Anwar contoh diantaranya. 
Hanya saja, daerah ini dulu sebenarnya pernah luluh lantak. Tahun 1815 silam, ketika Gunung Tambora meletus dengan dahsyat, nyaris separuh penduduk Bima tewas, dan berpuluh-puluh tahun lamanya, masyarakatnya hidup menderita. Konon, sifat pantang menyerah dan kerja keras masyarakat Bima, semakin tertempa dari trauma pasca letusan Gunung Tambaro ini. 
Hanya saja, soal pilihan politik, masyarakat Bima juga punya pilihan politik yang menarik. 2 kali perhelatan Pilpres yang menghadapkan Jokowi dan Prabowo sebagai rival, keduanya selalu dimenangkan oleh Prabowo. Jokowi bahkan tak mampu menyentuh angka 20 persen. Kalah telak. 
Namun justru di tangan Hamdan Zoelva dan kini di tangan Anwar Usman, keputusan akan hasil Pemilu akan ditentukan.
Mari kita saksikan kiprah Putra Bima di helatan Pemilu Indonesia. 


#CopasDariStatusFB.sabua raa ndai Mbojo
Zuraidbima/01/06/2019

Tidak ada komentar: