Sekelumit Sejarah dan Secuil Harapan:
semua daerah di indonesia punya cara dan metode masing-masing untuk meluapkan kegembiraan mereka atas hasil panen yang mereka peroleh, padanan istilahnya yang lazim digunakan adalah pesta panen.. di Bima Nusa Tenggara Barat di sebuah desa tempat saya dilahirkan yakni desa ngali masyarakatnya merayakan pesta panen dengan cara berkelahi rame-rame/tawuran (ndempa ndiha). Tradisi ini dilakukan mulai dari yang berumur belasan sampai 70-an tahun keatas tanpa diingatkan atau bahkan tanpa wasitpun semua mereka menyadari bahwa ndempa diha hanyalah ruang bagi luapan rasa senang dan bahagia kendati pada saat ndempadiha itupun seseorang sangat tersiksa (mbaki) bahkan terluka (ncuwu) tapi kesadaran bahwa hal itu hanya tradisi dimana orang tidak perlu dendam atau bahkan marah dan yang aneh dari tradisi itu adalah tidak pernah ada lawan ndempa yang sifatnya permanent alias abadi semuanya tergantung arah angin saja.. klo arena ndempa ndiha pas diujung utara atau selatan yah kampung timur dan barat yang baku ambil (kampo ese kampo awa) atau kampo do kampo da) biasanya arena dibuka saat jam 2 mau masuk jam 3 sore dimulai sama anak-anak berumur 5 tahun sampai pada orang tua yang berumur 70an tahun keatas.. arena itupun tertutup secara alamiah ketika masuk waktu magrib, satu keanehan lagi setelah bubar yang tadinya baku pukul, baku hantam dst beriringan tangan sama-sama menuju rumah masing-masing sambil canda ria saling ejek menceritakan kembali yg terjadi ketika ndempa diha tadi berlangsung. Sungguh suasana akan sangat damai jika filosofi ndempa ndiha juga digunakan pada saat momentum pergantian kepemimpinan di kabupaten bima atau suksesi kepemimpinan tingkatan mahasiswa atau momentum politik apapun oleh seluruh masyarakat Bima.
semua daerah di indonesia punya cara dan metode masing-masing untuk meluapkan kegembiraan mereka atas hasil panen yang mereka peroleh, padanan istilahnya yang lazim digunakan adalah pesta panen.. di Bima Nusa Tenggara Barat di sebuah desa tempat saya dilahirkan yakni desa ngali masyarakatnya merayakan pesta panen dengan cara berkelahi rame-rame/tawuran (ndempa ndiha). Tradisi ini dilakukan mulai dari yang berumur belasan sampai 70-an tahun keatas tanpa diingatkan atau bahkan tanpa wasitpun semua mereka menyadari bahwa ndempa diha hanyalah ruang bagi luapan rasa senang dan bahagia kendati pada saat ndempadiha itupun seseorang sangat tersiksa (mbaki) bahkan terluka (ncuwu) tapi kesadaran bahwa hal itu hanya tradisi dimana orang tidak perlu dendam atau bahkan marah dan yang aneh dari tradisi itu adalah tidak pernah ada lawan ndempa yang sifatnya permanent alias abadi semuanya tergantung arah angin saja.. klo arena ndempa ndiha pas diujung utara atau selatan yah kampung timur dan barat yang baku ambil (kampo ese kampo awa) atau kampo do kampo da) biasanya arena dibuka saat jam 2 mau masuk jam 3 sore dimulai sama anak-anak berumur 5 tahun sampai pada orang tua yang berumur 70an tahun keatas.. arena itupun tertutup secara alamiah ketika masuk waktu magrib, satu keanehan lagi setelah bubar yang tadinya baku pukul, baku hantam dst beriringan tangan sama-sama menuju rumah masing-masing sambil canda ria saling ejek menceritakan kembali yg terjadi ketika ndempa diha tadi berlangsung. Sungguh suasana akan sangat damai jika filosofi ndempa ndiha juga digunakan pada saat momentum pergantian kepemimpinan di kabupaten bima atau suksesi kepemimpinan tingkatan mahasiswa atau momentum politik apapun oleh seluruh masyarakat Bima.
"Nilai yang terkandung dalam NDEMPA = Pengendalian Emosi, Sportifitas dan Rasa Syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa"
Semoga Tradisi ini tetap terjaga....amin.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar